The 13th International Convention of Asian Scholars (ICAS) tidak hanya menghadirkan konferensi akademik. Tetapi juga berbagai pameran budaya yang menarik perhatian publik.
Salah satu pameran yang paling dinantikan adalah pameran bertema “Crossroads” atau persimpangan budaya, yang berlangsung di De Javasche Bank.
Pameran ini resmi dibuka pada Selasa (29/7) sore, dan dihadiri oleh sejumlah tokoh seperti Advisor Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Erwindo Kolopaking, perwakilan ICAS Satriagama Rakantaseta, exhibitor dan seniman Marrik Bellen, serta Duta Besar Belanda untuk Indonesia H.E. Amb. Lambert Grijns.
Dalam sambutannya, Erwindo mengapresiasi inisiatif ICAS dan menekankan pentingnya pameran ini dalam memberikan pandangan baru tentang berbagai aspek budaya dan sejarah.
“Acara ini merupakan kesempatan luar biasa untuk mendapatkan wawasan kultural yang berharga. Harapannya dapat memberikan dampak positif dan memperkaya wawasan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Lambert Grijns juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada De Javasche Bank atau Bank Indonesia Jawa Timur, yang telah menyediakan lokasi untuk pameran ini.
“Pameran ini mencerminkan tema persimpangan budaya. Di mana peserta dari berbagai latar belakang bertemu dan berbagi pengetahuan,” katanya.
Marrik Bellen menambahkan, pameran “Crossroads” menampilkan tiga karya utama yang menarik. Pertama, karya tentang Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli Islam yang berperan penting dalam studi Islam di Belanda pada masa Hindia-Belanda. Meski Snouck Hurgronje adalah sosok yang kontroversial. Sebab, ia dikagumi sekaligus dibenci karena perannya dalam pemerintahan kolonial.
“Karya kedua mengeksplorasi koneksi maritim pada masa awal Asia Tenggara, memberikan wawasan tentang interaksi budaya dan perdagangan di wilayah tersebut”, tuturnya.
“Sementara karya ketiga fokus pada sejarah rempah-rempah dari pegunungan hingga laut, mengungkapkan ironi alih fungsi lahan perkebunan rempah menjadi lahan pertambangan di Halmahera, Maluku Utara”, pungkasnya.
Dengan pameran ini, ICAS tidak hanya mengedukasi publik tentang sejarah dan budaya. Tetapi juga mengajak mereka untuk berpikir kritis tentang perubahan dan tantangan yang dihadapi.