Lurah Cililitan Sukarya mengaku ditegur oleh Wali Kota Jakarta Timur Anwar setelah viral di media sosial mengenai penutupan akses jalan di depan rumah warga RT 09/RW 09, Puji Rahayu (49), oleh ahli waris, MS (42).
“Saya juga dikirim (berita viral) sama Pak Wali. ‘Kalau sudah viral saja pura-pura sibuk kalian‘,” kata Sukarya kepada Kompas.com, Selasa (6/8/2024).
Kendati demikian, Sukarya menjelaskan bahwa sebenarnya pihak kelurahan telah menggelar mediasi sebanyak empat kali.
Mediasi ini digelar karena penyelesaian masalah antara Puji dan MS pada tingkat RT/RW tidak membuahkan hasil.
Bahkan, dalam mediasi keempat, Sukarya menegaskan bahwa pihaknya menghadirkan Kasatpel Citata Kramatjati dan Kasetpel Bina Marga Kramatjati.
“Saya susah empat kali gelar mediasi. Ya saya sih berdoa saja sama Allah SWT, kalau saya sudah menjalankan tugas. Apa ya, saya merasa, tugas saya sudah selesai,” tutur Sukarya.
“Saya itu sudah kurang apa? Empat kali rapat kan banyak. Kalau sekali saya cuekin, ya bolehlah saya dianggap lurah yang arogan. Sampai Ibu Puji menitipkan motor di kelurahan,” kata Sukarya.
Hanya saja, Sukarya mengakui, empat mediasi yang telah terselenggara juga tidak membuahkan hasil.
Sukarya menekankan, Kelurahan Cililitan tidak bisa melarang Sidik untuk menutup akses jalan.
Sebab, itu merupakan tanah pribadi keluarga MS yang telah diwariskan oleh ayahnya, mendiang MA alias Engkong A.
“Sebenarnya gini, jalan yang ditutup itu, ranah privatnya Pak MS. Ya walaupun memang ada unsur kemanusiaan di situ. Tapi kan, kalau dilihat dari cerita awalnya, itu kan ada jalan sebelumnya sebenarnya. Ya itu bisa difungsikan,” pungkas Sukarya.
Diberitakan sebelumnya, sebuah jalan di depan rumah warga bernama Puji di RW 09, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur, ditutup oleh keluarga MS pada Minggu (5/8/2024).
Penutupan akses ini mengakibatkan dia dan keluarganya terdampak. Setidaknya, ada dua rumah yang berisi delapan kepala keluarga (KK) dengan jumlah keseluruhan 21 orang.
Setelah penutupan, salah satu lansia yang bermukim di rumah Puji kini tidak bisa lagi berolahraga atau sekadar berjemur di ujung gang.
Sementara, sebanyak tiga anak tidak bisa berangkat sekolah karena mereka tidak ingin melewati akses alternatif, yakni masuk ke dalam ruang tengah tetangga yang masih satu saudara dengan Puji.