Kisah Abdul Basith Wisudawan UMJ yang Digantikan Ibunya,Otot Wajah Lumpuh 2 Hari Jelang Wisuda
2024-10-31 08:32:09

SURYA.co.id – Kisah salah satu peserta wisuda ke-80 Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Muhammad Abdul Basith Al-Mughnie, memantik simpati publik.

Pasalnya, Abdul harus digantikan ibunya saat prosesi wisuda.

Hal ini lantaran otot-otot wajahnya mendadak lumpuh 2 hari menjelang wisuda.

Oom Suti Maryam menggantikan wisuda anaknya, yaitu Muhammad Abdul Basith Al-Mughnie, wisudawan Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam (Prodi KPI FAI) yang sedang menderita Bell’s Palsy.

Saat diwawancarai di sela-sela prosesi wisuda, Maryam menceritakan putra tunggalnya itu mengalami kelumpuhan otot-otot pada wajahnya di dua hari menjelang pelaksanaan wisuda.

“Saya mengira tidak akan begitu parah, tetapi lama kelamaan dia kesulitan untuk beraktivitas. Untuk saat ini, Basith sedang fokus melakukan terapi,” terangnya, melnasir dari laman UMJ.

Meskipun Maryam merasakan kesedihan karena putranya tidak bisa menghadiri prosesi wisuda, tetapi ia tetap merasa bangga karena anaknya telah menyelesaikan studi S-1 dengan baik.

Terlebih, Basith merupakan mahasiswa yang menerima beasiswa dan menjadi Terbaik II di tingkat Prodi KPI FAI UMJ.

Tidak hanya itu, ia pun mengungkapkan bahwa anaknya merupakan sosok yang sangat sayang kepada orang tua dan pribadi yang saleh.

“Dia sangat berbakti kepada orang tua. Apapun urusannya selalu meminta restu.

Bahkan, ketika saya sedang sakit, ia menyuapi dan merawat saya dengan baik.

Ia juga tidak lepas dengan Al-Qur’an dan kami berdua terbiasa berlomba mengkhatamkannya dengan prinsip one day one Juz,” tutur Maryam dengan mata yang berlinangan air mata.

Terakhir, Ia berpesan kepada Basith dan lulusan UMJ untuk senantiasa menjaga salat serta berbakti kepada orang tua.

Menurutnya, mendapatkan kerja di kemudian hari bisa diusahakan dengan ikhtiar yang serius.

“Bagi saya, akhirat penting untuk diutamakan dan Inshallah jika akhirat didapat, maka dunia akan mengikuti,” pungkas Maryam.

Wisuda ke-80 UMJ diikuti sebanyak 1.572 wisudawan yang terdiri dari lulusan Program Doktor 8 orang, Magister 130 orang, Program Spesialis 8 orang, Sarjana Strata Satu 1.424 orang, dan Program Diploma Tiga 2 orang.

Wisuda kali ini terbagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama pada Jumat (25/10/2024) untuk Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, serta Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Sesi kedua untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Teknik, serta Fakultas Agama Islam. Sesi ketiga untuk Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Pendidikan, serta Sekolah Pascasarjana. Kedua sesi ini dilaksanakan pada Sabtu (26/10/2024).

Sebelumnya, juga ada momen mengharukan saat prosesi wisuda ke-71 di Universitas Gunung Jati (UGJ) Cirebon, Sabtu (27/4/2024).

Seorang ibu bernama Ferra Herliana mengenakan toga lengkap untuk menggantikan posisi putrinya, Thasqia Alyana Putri, yang meninggal pada 2 Februari 2024 lalu.

Bukan hanya mengenakan toga, Ferra juga membawa bingkai berisi foto putrinya.

Kehadiran Ferra membuat wisudawan dan tamu undangan menitikkan air mata.

Saat ditemui awak media, Ferra dan keluarga mengaku sangat bangga atas pencapaian Thasqia dalam menyelesaikan pendidikannya.

Fera lantas menyebut, bahwa putrinya sosok  yang patuh.

“Thasqia adalah anak yang baik, patuh, dan rajin,” ujar Ferra, dikutip dari Tribun Jabar.

Menurut Ferra, semasa hidup putrinya tak peenah mengeluh sakit.

Tentu kondisi tersebut membuat dirinya dan keluarga terkejut. Apalagi saat mengetahui Thasqia didiagnosis menderita gagal ginjal dan jantung pada September 2023.

“Thasqia tidak pernah mengeluh, bahkan saat sakit.”

“Dia tidak ingin merepotkan orangtuanya, terutama setelah kepergian ayahnya,” ucapnya.

Kondisi Thasqia semakin memburuk saat dirawat di rumah sakit.

Dokter menyatakan bahwa Thasqia tidak dapat disembuhkan.

“Penyakitnya, gagal ginjal dan jantung. Mulai dari September 2023, dia masuk ICU dan menjalani cuci darah.”

“Dokter mengatakan bahwa Thasqia tidak akan sembuh. Kami mencoba bertahan,” tutur Ferra.

Perjalanan sakit Thasqia semakin sulit, terutama saat kondisinya kembali memburuk akhir Januari 2024.

Akhirnya, pada 2 Februari 2024, Thasqia meninggal dunia.

“Walau tidak memberikan pesan khusus, dia berusaha mendaftar wisuda. Bahkan saat sakit, dia membawa laptop ke rumah sakit untuk tetap bisa berpartisipasi,” katanya.

Ferra mengungkapkan bahwa Thasqia bermimpi menjadi seorang Aparatur Sipil Negara (ASN).

Namun, takdir berkata lain. Sebelum bisa merayakan kelulusan bersama teman-temannya, Thasqia dipanggil oleh Sang Pencipta.

Sosok Thasqia ini juga mendapat tempat tersendiri di hati rekan-rekannya.

Sahabat Thasqia, Wanu Tri Pradana, mengingat sahabatnya sebagai teman yang ceria dan periang.

Thasqia sering menjadi penguat dan penghibur bagi teman-temannya di kelas.

“Saya sangat dekat dengannya sejak awal kuliah. Dia selalu ceria dan periang, tidak pernah mengeluh.”

“Dia selalu mendukung teman-temannya dan menyenangkan,” ujar Wanu. 

Scroll to Top